Sumber Vitamin D: Berjemur Awas Sunburn, Suplemen Hati-hati Toksik
- admin
- 0
Mana yang lebih baik antara mendapatkan Vitamin D dari berjemur sinar matahari atau mengkonsumsi suplemen (Vitamin D3)? Dokter spesialis kulit yang juga mantan Direktur Utama Rumah Sakit Akademik UGM, Arief Budiyanto, memberikan jawabnya dalam dialog daring yang dihelat Alumni Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, Jumat 30 Juli 2021.
Arief mengatakan masing masing cara memiliki kelebihan dan kekurangan. Dari aktivitas berjemur, dia menuturkan, seseorang mendapatkan asupan Vitamin D dari dalam yang sifatnya gratis. Aktivitas berjemur, ditambahkannya, paling baik pukul 10 dan berlangsung sekitar 10 menit, saat matahari mulai memancarkan secara kuat gelombang cahaya ultraviolet B.
Arief menjelaskan, berjemur sinar matahari juga tidak memberi risiko intoksikasi ataupun gangguan fungsi tubuh. “Hanya saja resiko berjemur bisa juga memiliki resiko kulit terbakar (sunburn) dan kronis seperti kanker kulit jika paparan mataharinya berlebihan,” kata Arief.
Beda dengan konsumsi suplemen Vitamin D3 yang artinya seseorang mendapat asupan dari luar dan harus mengeluarkan biaya atau tidak gratis. Cara ini juga disebutnya membawa risiko intoksikasi lebih besar jika dosis berlebihan. Ini terkait metabolisme suplemen Vitamin D3 oleh hati.
“Jadi kalau berjemur dan minum suplemen itu berbeda hanya pada caranya,” kata Arief sambal memberi ilustrasi: Yang berjemur harus ada sedikit usaha seperti kalau kita mau makan makan manga, harus manjat pohon dulu. “Sedangkan kalau suplemen kita tinggal minum,” kata Arief.
Pakar imunologi Deshinta Putri Mulya juga mewanti-wanti soal dosis konsumsi Vitamin D. Apalagi konsumsi itu dilakukan setiap hari. Sekalipun Vitamin D ataupun D3 memiliki banyak manfaat, namun untuk pemberian dosis-dosis tinggi harus berhati-hati.
“Penggunaan Vitamin D3 dosis tinggi harus dengan pengawasan ketat dan dibicarakan dengan dokter, sehingga bila ada tanda-tanda toksik bisa dikenali lebih dini,” ujar Deshinta.